17 February 2016

Pipeline Inspection


Setiap pipa bawah laut yang telah diinstall dan dioperasikan harus dilakukan inspeksi yang rutin dan berkelanjutan.
Menurut Regulation 13, “The pipeline operator needs to consider both how and when the pipeline should be surveyed and examined to validate and maintain it is in a safe condition.”
Selain itu, akibat yang akan ditimbulkan dari kerusakan pada pipa akan merugikan lingkungan di sekitar pipa dan operator dari segi loss of production dan biaya perbaikan pipa.
Terdapat beberapa inspeksi yang umum dilakukan pada pipa bawah laut, antara lain:
  1. General Visual Inspection (GVI)
Merupakan inspeksi dengan cara melihat langsung kondisi pipa saat itu juga. Dapat menggunakan kamera yang terpasang pada diver atau ROV. Beberapa informasi yang diharapkan akan diperoleh saat melakukan GVI:
  • Panjang freespan pada pipa
  • Damage pada permukaan luar pipa
  • Debris yang mengganggu pipa
  • Kondisi cathodic protection
  • Pipeline-cable crossings
  • Pergerakan lateral yang dialami pipa


Pengamatan GVI Menggunakan ROV
Sumber : http://www.sarov.co.za/wp-content/uploads/2014/01/IMG_16941-1024x768.jpg

  1. Close Visual Inspection (CVI)
Inspeksi ini  bertujuan untuk melakukan pengamatan lebih detail mengenai suatu area spesifik. Yang biasa dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah membersihkan permukaan luar pipa dari marine growth yang lunak maupun keras, melepas lapisan pelindung korosi (corrosion coating), serta selimut beton pada pipa. CVI biasa dilakukan oleh diver setelah melakukan GVI.


Pengamatan CVI oleh Diver
Sumber : http://dcndiving.com/wp-content/uploads/2013/11/structural-survey-of-offshore-loading-facilities-resized_imag0058-2.jpg

  1. Alternating Current Field Measurement (ACFM)
Adalah inspeksi secara electromagnet, yang bertujuan untuk menemukan lokasi crack pada lasan dan permukaan suatu material. Konsepnya adalah arus listrik yang mengalir pada suatu komponen akan terganggu oleh keberadaan suatu crack. ACFM tergolong dalam Non-destructive Test (NDT).
Permukaan pipa akan di-scan melalui sentuhan langsung menggunakan suatu probe yang dialiri arus. Kemudian, medan elektromagnetik di sekitar titik tinjauan akan diukur. Keberadaan crack akan merusak distribusi medan elektromagnetik. Visualisasi dari kondisi tersebut akan ditampilkan dalam bentuk gambar dan akan langsung dikirim ke computer untuk dianalisis. ACFM dapat pula digunakan untuk mendeteksi korosi.


Prinsip kerja ACFM.
Sumber : http://www.birmingham.ac.uk/Documents/college-eps/railway/ACFM.pdf

Keunggulan bila menggunakan  teknologi ACFM, diantaranya:
  • Dapat menembus permukaan yang dilapisi cat, coating, dan marine growth sehingga tidak perlu melakukan perontokan sebelumnya.
  • Dapat diterapkan pada lingkungan darat maupun lingkungan bawah air.
  • Memberikan informasi kedalaman dan panjang suatu crack.
  • Akurasi pengukuran defect hingga kedalaman 25 mm.
  • Dapat digunakan pada permukaan material ferritic atau ­nonferritic.

  1. Ultrasonic Thickness Measurement (UTM)
Merupakan salah satu golongan NDT, bertujuan untuk mengetahui ketebalan suatu benda logam solid metal. Prinsipnya adalah menembakkan gelombang ultrasonic ke permukaan pipa menggunakan probe. Gelombang akan berpenetrasi ke dalam pipa. Kemudian dihitung waktu yang dibutuhkan oleh gelombang tersebut untuk kembali ke permukaan. Hasil perhitungan akan ditampilkan dalam monitor, menunjukkan angka ketebalan material yang diinspekasi.

Proses Pengecekan dengan UTM
Sumber : http://www.clevermarine.com/thumbnails/Services/test4__________wi320he207moscalebgwhite.jpg

  1. Straightness
Untuk mengetahui apakah terjadi bending secara global yang megakibatkan jalur pipa tidak lurus (Out-of-Straightness, OOS). Kondisi ini dapat disebabkan oleh, diantaranya:
  • Ketidaksempurnaan kondisi seabed di bawah jalur pipa, seperti adanya batu berukuran besar atau bukit-bukit kecil.
  • Pengaruh tekanan dan temperature dari dalam pipa

                6. Ovality

Pipa dapat mengalami deformasi akibat pengaruh dari dalam maupun luar pipa. Salah satu bentuk deformasinnya adalah penampang pipa yang tidak lagi bundar seperti kondisi pascafabrikasi. Inspeksi kebundaran penampang pipa dapat dilakukan menggunakan Pipe Gauge atau probe. Jumlah probe minimal dalam pengukuran ovality adalah 4 buah, dan maksimal adalah 12 buah. Prinsip pengukurannya adalah mengukur jarak antarprobe yang ditempatkan saling  berhadapan satu-sama lain.


Prinsip kerja Ovality Measurement.

  1. Cathodic Protection Measurement
Inspeksi ini bertujuan untuk mengecek kondisi Cathodic Protection yang terpasang pada pipeline, apakah masih dapat berfungsi secara efektif atau tidak dalam mengatasi korosi. Alat yang digunakan dalam inspeksi CP adalah alat pigging atau ROV khusus yang telah dipasangi probe-probe pengukur.


ROV melakukan CP Measurement.
Sumber : http://www.isis-technical.com/wp-content/uploads/2013/10/cpdas.jpg

Masih banyak lagi inspeksi pada pipa yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Data yang diperoleh dari hasil inspeksi akan diberikan kepada client/operator/owner pipa untuk dilakukan tindakan lebih lanjut mengenai kondisi pipa eksisting. Perencanaan inspeksi berikutnya dan perencanaan pekerjaan perbaikan dapat ditentukan melalui analisis hasil inspeksi tersebut.

Sumber
https://riomardhian.wordpress.com/2015/02/01/pipeline-inspection/

Dega Damara Aditramulyadi
Student ID : 15512046
Course      : KL4220 Subsea Pipeline
Lecturer   : Prof. Ir. Ricky Lukman Tawekal, MSE, Ph. D.
                  Eko Charnius Ilman, ST, MT
Ocean Engineering Program, Institut Teknologi Bandung

No comments:

Post a Comment