Risk-based
Inspection (RBI) merupakan sebuah proses dimana keputusan
memgenai apa yang harus diinspeksi dan seberapa sering inspeksi perlu dilakukan
berdasarkan pada tingkat resiko yang dimiliki oleh kondisi suatu pipeline. RBI
dapat juga diartikan sebagai sebuah pendekatan terstruktur mengenai perencanaan
pelaksanaan inpeksi berdasarkan tinkat resiko.
DnV
RP-F116 mendefinisikan RBI sebagai “The intention of using a risk based
approach is that the activities are selected and scheduled on the basis of
their ability to explicitly measure and manage threats to the pipeline system
and ensure that associated risks are managed to be within acceptable limits.”
Mengapa
dilakukan RBI? Terdapat beberapa alasan, diantaranya adalah:
- Kondisi pipeline yang beroperasi
saat ini sedang dalam resiko yang perlu dipertimbangkan.
- Kita tidak bisa mengeliminasi
resiko tersebut kecuali kita mencabut gangguannya.
- Beberapa inspeksi dapat
berkontribusi dalam mengendalikan tingkat resiko.
- Kalimat bijak mengenai “General
industry practice is that a risk based integrity management approach
should be applied.”
- API 580/581
- DNV RP-F116
- API 1160
- ASME B31.8S
Siklus Integrity Management
Process oleh DNV RP-F116.
Sumber: DNV RP-F116
- Identifikasi asset yang dimiliki.
- Identifikasi masalah/gangguan.
- Probabilitas kegagalan (Probability
of Faiulure)
- Konsekuensi kegagalan (Consequence
of Failure)
- Risk assessment
- Perencanaan inspeksi yang akan
dilakukan.
Terhadap
gangguan yang terkait dengan waktu, inspeksi dapat digunakan untuk memonitor
keganjilan, memrediksi keganjilan, dan merencanakan tindak lanjut yang akan
dilakukan sebelum terjadi kegagalan/failure. Namun, tentu terdapat ketidakpastian.
Metode
RBI berurusan dengan probabilitas kegagalan, dibanding dengan kegagalan yang
sudah diketahui waktunya.
Untuk
masalah/gangguan yang bersifat acak, sebuah kecelakaan dapat mengakibatkan failure
dengan seketika, kerusakan yang semakin parah seiring berjalannya waktu, dan
pemicu mekanisme keganjilan lainnya. Inspeksi tidak dapat secara langsung
mengendalikan failure yang terjadi secara tiba-tiba. Namun, inspeksi dapat
digunakan untuk memonitor kerusakan yang terjadi.
Secara
umum, dapat dikatakan bahwa inspeksi dapat mengurangi ketidakpastian pada
kondisi suatu pipeline. Lalu, bagaimana inspeksi dapat mengendalikan tingkat
resiko? Inspeksi dilakukan sesering mungkin hingga probabilitas terjadinya
failure sebelum diadakan inspeksi berikutnya sangat kecil. Jangan lupa untuk
memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk menganalisis hasil inspeksi dan
mengambil langkah remediasi/tindak lanjut.
Yang
perlu diperhatikan dalam RBI adalah menentukan interval antarinspeksi dengan
tujuan untuk menekan resiko pada level serendah mungkin dan acceptable.
Dengan demikian, inspeksi terhadap gangguan dengan tikngkat resiko lebih tinggi
dapat dilakukan lebih sering dibanding gangguan-gangguan dengan tingkat resiko yang
lebih rendah.
http://www.subseauk.com/documents/st%20spim%20presentation%20for%20pdf.pdf
https://riomardhian.wordpress.com/2015/01/31/risk-based-inspection-on-offshore-pipeline/
Dega Damara Aditramulyadi
Student ID : 15512046
Course : KL4220 Subsea Pipeline
Lecturer : Prof. Ir. Ricky Lukman Tawekal, MSE, Ph. D.
Eko Charnius Ilman, ST, MT
Ocean Engineering Program, Institut Teknologi Bandung
No comments:
Post a Comment